Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, mengatakan masalah stunting atau anak kerdil menjadi tantangan berat bagi pemerintah. Pasalnya, anak yang stunting tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik, namun juga terganggu perkembangan otaknya.
“Kita punya tugas yang begitu berat, soal stunting. Anak yang kerdil atau bahasa Jakartanya bantet, tapi otaknya ikut bantet. Ini yang kita kasihan sekali,” tuturnya saat ditemui dalam senam bersama survivor kanker di Kementerian Kesehatan RI, Jumat, (18/10/2018).
Sanitasi yang buruk berkaitan erat dengan stunting. Kurangnya sanitasi membuat gangguan pencernaan terganggu, sehingga pertumbuhan tubuh menjadi tidak sempurna. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting.
“Kita 37,2 persen (stunting) di Riskesdas 2013. Kita intervensi kesehatan saja tidak cukup. Sanitasi dan air bersih juga perilaku bersih pun harus kita utamakan,” tambahnya.
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6 persen di atas batasan yang ditetapkan WHO yaitu 20 persen.
Menurutnya, akses sanitasi yang baik mampu menurunkan tingkat stunting sebesar 27 persen. Pembuatan jamban di tingkat rumah tangga juga sangat membantu masyarakat dalam menerapkan pola hidup bersih.
“Upaya kita terlihat kecil, hanya membuat jambanisasi dan mendapatkan akses air bersih. Tapi ternyata dampaknya sangat luar biasa, kita membuat masyarakat lebih menjadi lebih sehat dan berkualitas,” tutupnya.
Sumber : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4264139/urusan-jamban-juga-bisa-memicu-stunting-lho?_ga=2.232839382.955885312.1654493351-1316968613.1632890216