Krisis saat ini juga telah memunculkan kerentanan kepada lebih dari 35 juta orang Indonesia yang tidak memiliki akses ke air layak (sekitar 18% dari populasi pedesaan) dan lebih dari 70 juta orang tanpa akses ke sanitasi dasar (36% dari populasi pedesaan), menurut WHO/UNICEF: Program Pemantauan Bersama untuk Air, Sanitasi dan Hygiene (JMP). Mencuci tangan secara teratur, minum lebih banyak air, dan menjaga kebersihan diri bukanlah tindakan pencegahan yang sederhana, namun butuh upaya keras bagi sebagian besar populasi masyarakat. Dan seperti di kebanyakan keadaan krisis lainnya, perempuan dan anak-anak juga terbebani secara tidak proporsional oleh pandemi ini.
Namun ada beberapa kemenangan kecil yang juga harus diakui, termasuk capaian penting program yang tidak bisa diabaikan. Program PAMSIMAS adalah program air pedesaan terbesar di Indonesia yang terus membangun dan telah telah memberikan akses air layak kepada lebih dari 19 juta orang dan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih layak ke 15,5 juta orang di pedesaan Indonesia.
Terbangun melalui sejarah panjang pemberdayaan di Indonesia, PAMSIMAS menggunakan pendekatan partisipatif dari bawah ke atas (bottom up) untuk menyediakan air bersih dan sanitasi layak. Tidak hanya berfokus pada penyediaan infrastruktur, PAMSIMAS juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat termasuk peningkatan kapasitas bagi pemerintah daerahnya. Kegiatan tersebut meliputi: (1) sosialisasi desa untuk memperkenalkan program (2) perencanaan partisipatif (3) pengadaan dan konstruksi partisipatif (3) manajemen pasca konstruksi dengan melatih kelompok pengguna yang dipimpin oleh tokoh masyarakat yang berpengalaman, serta menempatkan fasilitator untuk mengunjungi semua desa setiap tiga bulan untuk melaporkan fungsionalitas infrastruktur.
Kesuksesan program ini terletak pada penekanan keberlanjutan jangka panjang dengan menggunakan fasilitator masyarakat tingkat lapangan, serta melibatkan pemerintah daerah selaku pemangku kepentingan.
Program ini juga telah memperdalam inklusifitasnya dengan memperjuangkan kelompok penyandang disabilitas melalui desain universal akses untuk infrastruktur air dan sanitasi. Saat ini, sekitar 5.021 desa di 362 kabupaten telah menyediakan akses air dan sanitasi yang ramah pada penyandang disabilitas, orang lanjut usia, dan miskin. Pembelajaran utama yang didapatkan dari program ini antara lain adalah bahwa inklusi disabilitas tidaklah mahal jika diarusutamakan semenjak awal pada siklus perencanaan program.
Namun di masa pandemi COVID19 ini, seperti kebanyakan program pemberdayaan lainnya, PAMSIMAS juga harus menyesuaikan mekanisme implementasinya agar bisa terus memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat pedesaan, dengan memastikan kesinambungan implementasi sambil melindungi staf, pekerja dan masyarakat dalam melaksanakan tugas mereka.
Saat ini, seluruh lokakarya dan kegiatan pelatihan secara tatap muka telah diganti dengan metode daring (online) serta komunikasi berbasis telepon. Meskipun demikian, untuk desa-desa dengan ketersediaan jaringan telepon yang terbatas, fasilitator lapangan masih akan tetap melakukan kunjungan rumah dari rumah ke rumah sambil menerapkan jarak aman fisik dan mematuhi langkah-langkah keselamatan kerja lainnya (sperti cuci tangan dan mengenakan masker). Kegiatan konstruksi di lapangan juga akan mematuhi jarak fisik aman dengan anggota pekerja tidak lebih dari lima orang di dalam satu kelompoknya. Dan jika terdapat kasus positif COVID19 yang terdeteksi di antara pekerja konstruksi, aktivitas akan dihentikan sementara selama minimal 14 hari. Yang terakhir, PAMSIMAS juga akan membiayai fasilitas cuci tangan tambahan di tempat-tempat umum serta masker untuk pekerja masyarakat dan staf lapangannya.
PAMSIMAS telah diklasifikasikan sebagai bagian dari program Padat Karya oleh Pemerintah Indonesia. Melalui program ini, pemerintah pusat akan terus mentransfer dana secara langsung kepada kelompok masyarakat di desa. Masyarakat akan menggunakan dana tersebut untuk membeli secara lokal bahan-bahan bangunan dan tenaga kerja yang diperlukan. Sehingga terdapat perputaran ekonomi setempat yang bisa merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. Langkah-langkah adaptasi dan pencegahan dimasa pandemi dibuat resmi melalui petunjuk teknis oleh Pemerintah Indonesia (Petunjuk Teknis masa pandemi).
Meskipun masih terlalu dini untuk memprediksi dampak dari langkah-langkah pencegahan ini, namun keadaan pandemi tidak meninggalkan banyak pilihan untuk kita. Krisis ini memang diakui datang secara tiba-tiba dan berskala besar, akan tetapi mekanisme pencegahan yang mendasarinya bukanlah hal baru bagi program pengembangan masyarakat. Dengan demikian, melalui langkah-langkah ini, Pemerintah Indonesia bersama dengan Bank Dunia, akan terus berupaya melindungi kelompok masyarakat rentan dalam menghadapi masa krisis ini.
Sumber : https://blogs.worldbank.org/id/water/adaptasi-di-masa-pandemi-untuk-menyediakan-air-dan-sanitasi-bagi-masyarakat-miskin-pedesaan