Petugas kesehatan dari setiap provinsi di Indonesia telah berpartisipasi dalam program peningkatan kapasitas untuk manajemen limbah kesehatan dan Sistem Informasi WASH (SIKELIM). Program ini diadakan di Bandung dari tanggal 22 hingga 24 Juni 2022. Kredit: PIAREA/Ryco
Pada tahun 2021, tercatat 27% fasilitas kesehatan di Indonesia telah memenuhi standar manajemen limbah, menunjukkan peningkatan yang berarti dari angka 19% di tahun sebelumnya. Meski begitu, masih terdapat disparitas yang signifikan antar wilayah (sumber: Profil Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2021). Wilayah perkotaan menunjukkan hasil yang lebih baik, berkat dukungan infrastruktur, peralatan, dan tenaga kerja yang lebih memadai. Keunggulan ini membantu mereka dalam mengelola limbah medis dengan lebih efisien.
Sementara itu, wilayah pedesaan menghadapi tantangan yang lebih besar. Keterbatasan sumber daya dan infrastruktur menjadi penghambat dalam upaya membangun sistem manajemen limbah yang efisien. Ditambah lagi, faktor geografis juga memberikan tantangan tersendiri. Lokasi yang terisolasi, kondisi geografis yang berat, serta kurangnya jaringan pengumpulan limbah, semakin mempersulit pembuangan limbah medis di fasilitas kesehatan pedesaan. Hal ini semakin memperlebar kesenjangan dalam kinerja manajemen limbah. Ironisnya, provinsi seperti Lampung (78%), Banten (63%), dan Jawa Tengah (50%) unggul dalam tingkat kepatuhan, sementara Gorontalo (0,9%), Maluku Utara (1,3%), Papua Barat, dan Aceh (1,7%) menempati posisi paling rendah. Mengatasi perbedaan kondisi ini menjadi penting untuk memastikan akses yang setara terhadap layanan WASH dan manajemen limbah di seluruh Indonesia.
Kemenkes, PHO dan WHO melakukan pengecekan tempat di tempat penyimpanan limbah di Puskesmas di Provinsi Pangkal Pinang, 4 Mei 2023. Kredit: WHO/Itsnaeni Abbas
WHO Indonesia telah memberikan dukungan dalam pengembangan dan sosialisasi Sistem Informasi Manajemen Limbah WASH (SIKELIM) sejak tahun 2021. Dukungan ini dilanjutkan sepanjang tahun 2022-2023, dengan fokus pada dua area utama. Area pertama adalah pelaksanaan lokakarya peningkatan kapasitas, yang dihadiri oleh Petugas Kesehatan Provinsi (PHOs) dan tim dari Kementerian Kesehatan. Lokakarya ini, yang diselenggarakan antara tanggal 22 dan 26 Agustus 2022, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang manajemen limbah kesehatan, SIKELIM, dan alat untuk peningkatan WASH di fasilitas kesehatan (WASH-FIT). Area kedua adalah fasilitasi pilot Sistem Informasi Manajemen Limbah Kesehatan COVID-19 dan WASH FIT di lima provinsi—Banten, Jogjakarta, Jakarta Raya, Jawa Barat, dan Kepulauan Bangka Belitung—yang berlangsung antara Maret dan Mei 2023.
Fase kedua ini menghasilkan beberapa temuan penting. Ada peningkatan signifikan dalam pengetahuan staf Petugas Kesehatan Provinsi (PHO) tentang layanan WASH dan manajemen limbah medis—dari 54% sebelum lokakarya menjadi 81% setelah lokakarya. Setelah itu, rencana awal dibuat untuk memperluas penggunaan SIKELIM dan menerapkan WASH FIT di 38 provinsi. Yang cukup mengesankan, pada bulan Maret 2023, sebanyak 74% fasilitas kesehatan telah melaporkan status layanan WASH mereka melalui SIKELIM, yang juga memungkinkan pengumpulan data tentang pembuangan limbah COVID-19.
“Dalam dunia yang semakin terhubung seperti sekarang ini, kualitas layanan kesehatan menjadi sangat diperhatikan oleh para pengguna fasilitas. Melakukan tindakan berdasarkan temuan dari SIKELIM menunjukkan komitmen kami terhadap WASH, pengelolaan limbah, dan kesehatan lingkungan. Ini pada akhirnya akan meningkatkan reputasi fasilitas kesehatan kami dan membangun kepercayaan di antara pasien, staf, dan komunitas,” ujar Dr Anas Ma’ruf. MKM, Direktur Kesehatan Lingkungan di Kemenkes. Perkataannya tersebut disampaikan selama lokakarya peningkatan kapasitas untuk SIKELIM dan WASH FIT yang diadakan di Bandung.
Selama implementasi program percontohan pada tanggal 5 Juni 2023, Anhar Hadian, SKM, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, mengungkapkan visinya. Ia menekankan, “Mengintegrasikan SIKELIM dengan sistem transportasi limbah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIRAJA) akan membawa manfaat yang signifikan. Integrasi seperti ini akan memfasilitasi pemantauan proses limbah secara menyeluruh, mulai dari titik penghasil limbah di fasilitas kesehatan hingga penanganan akhirnya di instalasi pengolahan akhir, sehingga memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang ada.” Keterbukaan publik terhadap data SIKELIM dapat meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya praktek WASH dan manajemen limbah yang efisien dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah penyakit, menjaga kebersihan, serta risiko yang timbul dari penanganan WASH atau limbah medis yang tidak tepat. Selain itu, keterbukaan data ini memberikan wawasan transparan bagi masyarakat terkait data terbaru tentang layanan WASH dan manajemen limbah di wilayah mereka, yang meningkatkan pemahaman mereka tentang kualitas dan ketersediaan layanan yang esensial. Transparansi semacam ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan mempererat hubungan kepercayaan antara penyedia layanan dan masyarakat.
Kementerian Kesehatan berencana untuk menggabungkan SIKELIM dengan Sistem Informasi Limbah Berbahaya dan Tidak Berbahaya (SIRAJA), yang berada di bawah pengawasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Integrasi ini akan memfasilitasi koordinasi yang lebih efisien antar kementerian. Dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui SIKELIM, WHO akan membantu Kementerian Kesehatan dalam menyusun makalah teknokratik yang akan digunakan sebagai referensi dalam merumuskan strategi perencanaan untuk periode 2025-2029. Selain itu, berkat Kementerian Kesehatan, pelatihan yang telah diakreditasi mengenai WASH untuk fasilitas kesehatan sedang dalam proses pengembangan, yang akan memastikan adanya pelatihan yang berkelanjutan dalam bidang ini.
Sumber : https://www.who.int/indonesia/id/news/detail/18-07-2023-a-journey-to-improve-the-healthcare-wash-and-waste-management-information-system-in-indonesia