Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Bina Pemdes, Kemendagri) mengundang perwakilan desa lokasi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) untuk berbagi pengalaman dan menjadi narasumber dalam Workshop Best Practice Kerjasama Desa dengan KPSPAMS untuk Air Minum dan Sanitasi.
Kegiatan Workshop diikuti 150 orang peserta dari berbagai daerah, dilaksanakan di Jakarta pada 13-15 Oktober 2021. Peserta workshop merupakan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari 33 provinsi lokasi Pamsimas, yang diwakili unsur Bappeda, Dinas PMD, Dinas PUPR, dan Dinkes. Peserta lainnya merupakan perwakilan dari beberapa desa lokasi Pamsimas disertai pendamping dari tingkat kecamatan dan kabupaten.
Penyelenggaraan workshop sebegai bentuk nyata Ditjen Bina Pemdes Kemendagri, sebagai salah satu instansi pengelola Program Pamsimas pusat, dalam rangka melakukan pembinaan kepada pemerintah desa dalam mendukung Program Pamsimas.
Workshop dibuka secara resmi Direktur Jenderal Bina Pemdes Yusharto Huntoyungo, Rabu (13/10/2021). Dalam sambutan dan arahannya, Ditjen Bina Pemdes mengutip amanat UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Sesuai dengan amanat UU tersebut, Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi yang merupakan bagian dari pelayanan dasar di bidang kesehatan.
“Dengan adanya Pamsimas prevalensi penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk dapat ditekan sehingga dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat desa dapat tercapai. Kami berharap peningkatan derajad kesehatan ini dapat terukur, sehingga pemerintah dapat melakukan efisiensi pendanaan bidang kesehatan, sehingga dana lebih diarahkan pada kegiatan preventif dibanding kegiatan yang bersifat kuratif,” tambah Yusharto.
Yusharto memberikan apresiasi kepada lima desa yang diundang khusus untuk memberikan sharing pengalaman dalam forum workshop terkait kesesuksesan dalam mengelola dan mengembangkan sarana air minum yang dibangun melalui Program Pamsimas. Kelima perwakilan desa terpilih yang diundang adalah: (i) Desa Sukogelap, Kec Kemiri, Kab Purworejo, Jawa Tengah; (ii) Desa Ketapanrame, Kec Trawas, Kab Mojokerto, Jawa Timur; (iii) Desa Panji, Kec Sukasada, Kab Buleleng, Bali, (iv) Desa Margahayu Tengah, Kec Margahayu, Kab Bandung, Jawa Barat, dan (v) Desa Salenrang, Kec Bontoa, Kab Maros, Sulawesi Selatan.
Sementara itu Plt Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Desa Ditjen Bina Pemdes, Lutfi dalam laporannya menyampaikan, workshop dimaksudkan untuk menumbuhkan komitmen Pemerintah Provinsi dalam melakukan pembinaan kepada aparatur pemerintah kabupaten dan desa terkait pengelolaan dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan melalui kerjasama desa. Dari pengalaman baik (best practice) yang akan disampaikan perwakilan desa terpilih, diharapkan dapat memberikan informasi dan menginspirasi peserta dalam pengelolaan dan pengembangan SPAM perdesaan guna mendukung target pemerintah mencapai akses universal air minum dan sanitasi layak pada tahun 2024, sesuai yang dicanangkan dalam RPJMN 2020-2024.
Sharing pengalaman dalam pengelolaan dan pengembangan SPAM perdesaan dikemas dalam bentuk talkshow menghadirkan perwakilan desa yang diwakil kepala desa/aparat desa dan pengurus KPSPAMS dari lima desa terpilih. Talkshow dipandu Endang Sri Rejeki dari National Management Consultnts (NMC) Pamsimas.
Seperti dituturkan narasumber dari Desa Sukogelap Kab Purworejo yang diwakili Joni Irawan dan Darmaji. Desa Sukogelap mendapatkan Program Pamsimas merupakan catatan bersejarah bagi desanya. Bagi warga Desa Sukogelap air merupakan barang langka, barang mahal, terlebih saat musim kemarau. Desa Sukogelap tidak mempunyai air baku yang menjadi persyaratan utama untuk dapat mengajukan diri mendapatkan Program Pamsimas. Untuk itu KKM (Kelompok Keswadayaan Masyarakat) bersama kepala desa dengan dibantu aparat kecamatan serta difasilitasi fasilitator Pamsimas, melakukan kerjasama antar-desa untuk memanfaatkan air baku dari desa lain. Sumber air baku tersebut berada di luar desa, berada di desa tetangga, berjarak sejauh 8,5 km dan harus melalui jurang dan gunung/perbukitan. Dokumen kerjasama antar-desa ini yang kemudian disampaian ke Panitia Kemitraan (Pakem) dan Desa Sukogelap ditetapkan sebagai sasaran Pamsimas tahun 2017.
Hal ini dibenarkan oleh Darmaji, Ketua KPSPAMS Desa Sukogelap. Dengan suara parau menahan haru, ia menuturkan bagaimana potret warga Desa Sukogelap mulai dari anak-anak sampai orang usia lanjut, saat membawa ember dan jerigen mengantri air dropping dari BNPB Daerah saat kemarau panjang. Kini, pemandangan pilu seperti itu tidak nampak lagi di desa setalah Program Pamsimas.
“Saat kami membangun SPAM Pamsimas, air sudah sampai di desa namun masih kami tampung dalam Hidran Umum (HU). Saat itu air belum begitu lancar, dan antrian di HU pun hampir mirip saat antri dropping air dari BNPB. Yang lebih mengharukan lagi, banyak simbah-simbah (kaum lansia) yang ikut mengantri tapi kalah cepat dengan yang muda,” kenang Darmaji sambil menahan air mata.
Eforia masyarakat Sukogelap dengan air mengalir di desanya ini menjadi masalah sendiri bagi warga dan pemerintah desa. Air menjadi ajang perebutan antar-warga desa dan berdampak sosial yang kurang baik.
Menyikapi hal ini pemerintah desa (Pemdes) melakukan musyawarah desa, dan disepakati setiap sambungan rumah (SR) harus dipasang meteran air, sehingga tidak ada pertikaian antar-warga gara-gara air, “Untuk mengatasi masalah sosial warga kami ini, pemerintah desa menganggarkan APBDes untuk pengadaan SR dengan meteran air,” tutur Joni selaku aparat desa
Konflik sosial masalah air ini juga terjadi di Desa Salenrang Kab Maros. Desa Salenrang adalah penerima Program Pamsimas 2014 yang sempat mendapat predikat “Desa Merah,” alias sarana tidak berfungsi. Selama SPAM tidak berfungsi pasokan air Pamsimas pun berhenti, sehingga menimbulkan konflik sosial, saling berebut air. “Karena kondisi sulitnya air ini masyarakat Salenrang sempat membuat aliansi masyarakat berjuang untuk mendapkan air,” tutur Riska, pengurus KPSPAMS ‘Appakabaji’ yang artinya memperbaiki.
Tahun 2017 sarana berubah menjadi “hijau” alias berfungsi setelah mendapat kucuran Dana Desa dari Pemdes setempat. Tahun 2019 Pemdes Salenrang menggandeng KPSPAMS melakukan kerjasama dengan kesepakatan bagi hasil dengan porsi 70% KPSPAMS – 30% Pemdes. Seiring perjalanan waktu KPSPAMS terus tumbuh dan berkembang hingga dapat melayani seluruh warga desa (100% akses air minum). Saat ini berkat dukungan dari berbagai pihak, investasi pengembangan SPAM tembus di angka 3 milyar rupiah lebih. Pihak kecamatan dengan dukungan Pemda Kabupaten Baros bahkan menjadikan Desa Salenrang sebagai “Pusat Pembangunan Air Minum Kecamatan Bontoa.”
Lain halnya Desa Ketapanrame Kab Mojokerto. KPSPAMS menjadi bagian dari usaha BUMDes. Desa ini berlimpah sumber air baku, tarif pelanggan air dibandrol 5000 rupiah per bulan pro-rata. Dari hasil pengelolaan unit usaha “PAM Tirto Tentrem” BUMDes menyumbang PAD ratusan juta rupiah pertahunnya.
Zainul Arifin, Kepala Desa Ketapanrame dalam talkshow mengisahkan suksesnya pengelolaan air di desanya. “BUMDes telah mendapatkan laba bersih dari unit usaha air ini antara 500-600 juta rupiah per tahun, 30% dimasukkan sebagai PAD (Pendapatan Asli Desa). Keuantungan yang didapat tidak berasal dari iuran yang dibayar warga tetapi berasal dari penerapan tarif progresif bagi pelanggan sektor bisnis, seperti usaha hotel, vila, tempat pariwisata, toko, dan lain sebagainya. Walaupun air minum dikelola BUMDes dengan orientasi keuntungan, tetapi pihak Pemdes memposisikan sebagai pelayanan sosial dasar bagi warga. “Warga desa cukup membayar 5000 rupiah per bulan pro-rata,” tutur Zainul dengan bangga.
Sama halnya dengan Desa Margahayu Tengah (Marteng) Kab Bandung. Pendapatan dari unit usaha air Desa Marteng memberikan kontribusi bagi PAD cukup signifikan. BUMDes Marteng saat ini memiliki omset lebih dari satu milyar rupiah. Atas kesuksesan pengelolaan dan pengembangan usaha air ini, Desa Marteng dijadikan pusat belajar dari desa sejenis yang mengalami masalah pengorganisasian kelompok-kelompok bentukan program dalam pengelolaan air minum di desa.
“Kami bisa menyatukan kelompok-kelompok ini untuk menghindari pertikaian dan persaingan, karena kami mengaturnya dengan pembagian laba sesuai kinerja, dengan manajemen terpusat di BUMDes. Kata kuncinya pembagiannya yang diutamakan,” ungkap Kades Marteng Asep Zainal.
Hal ini disahuti oleh Jero Mangku Md Ariawan, laki-laki jebolan Magister Bisnis dan pernah menjadi legislator, kini menjadi Perbekel (Kepala Desa) Panji Kab Buleleng sejak 2019. “Betul Pak Kades Marteng, yang paling penting itu bagi-baginya harus tepat. Nah supaya tepat kami di Desa Panji sudah menggunakan sistem digitalisasi dalam pengelolaan SPAM desa. Saya ini sekolah bisnis, maka harus pakai hitung-hitungan bisnis, harus ada untung. Dari unit air minum ini pihak Pemdes memdapatkan alokasi PAD sekitar 250-300 juta rupiah per tahun. Hampir sama dengan Desa Ketapanrame, sumbangan pendapatan terbesar berasal dari sektor bisnis yang menjadi pelanggan kami, sementara untuk warga masyarakat berlaku pelayanan sosial dengan tarif Rp 500/m3 ” ungkap laki-laki yang akrab disapa Mangku ini.
Mangku yang sempat berdialog langsung dan diliput media TV Desa bersama Dirjen Bina Pemdes usai penyematan tanda peserta acara workshop, menyampaikan pengalaman suksesnya dalam pengelolaan dan pengembangan Pamsimas bersama masyarakat di Desa Panji Kecamatan Sukasada Kab Buleleng Provinsi Bali.
Woksop ini ditutup secara resmi oleh Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Desa yang diwakili oleh Rahayuningsih yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua CPMU Pamsimas Ditjen Bina Pemdes, “Pengalaman dan best practice dalam pengelolaan dan pengembangan sarana air minum yang dibangun melalui Program Pamsimas hingga menghasilkan ratusan juta rupiah dalam setahunnya, menarik perhatian dan bisa diconton dan dikembangkan serta menjadi inspirasi untuk dikembangkan di daerahnya masing-masing tentunya disesuaikan dengan potensi lokal setempat” ungkap wanita yang akrab dipanggil Yayuk ini. (Endang Sri Rejeki-NMC/ Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).
Sumber : https://dpmg.acehprov.go.id/berita/kategori/bidang-ksdattg/ditjen-bina-pemdes-undang-desa-berbagi-pengalaman-sukses-kelola-pamsimas