Halodoc, Jakarta – Sejak awal Februari tahun ini, Negara Timur tengah Turki dan Suriah kerap diguncang bencana gempa bumi berkekuatan tinggi. Hingga guncangan terakhir sebesar 6.4 magnitudo yang terjadi pada 20 Februari lalu, gempa bumi telah merenggut banyak korban jiwa dan luka-luka.
Terdapat kurang lebih 5 juta pengungsi di berbagai lokasi pengungsian saat ini. Dengan kapasitas pengungsian yang terbatas dan jumlah korban yang terus meningkat, puluhan ribu jiwa dilaporkan membutuhkan bantuan medis. Implikasi kerentanan penyakit pun meningkat setelah bencana akibat kondisi lingkungan yang menurun, kurangnya sanitasi, dan sulitnya akses air bersih.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa bencana alam seperti gempa, tsunami, dan banjir memiliki potensi untuk memunculkan berbagai jenis penyakit, baik ringan maupun kronis.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang rentan terjadi pasca bencana alam agar dapat terhindar dari komplikasi yang lebih serius.
Penyakit yang Rentan usai Bencana Alam
Berikut beberapa jenis penyakit yang rentan terjadi pada para pengungsi usai terjadi bencana alam:
1. ISPA
Jenis penyakit yang pertama adalah infeksi salur pernapasan akut (ISPA). ISPA dapat menyerang salah satu bagian pernapasan, mulai dari hidung hingga laring dengan cara infeksi dari mikroorganisme.
Karena asal dari penyakit ini adalah virus dan bakteri, ISPA juga termasuk penyakit menular. Korban bencana alam memiliki resiko yang cukup tinggi untuk mengalami ISPA karena kontak dengan pengidap melalui droplet ketika bersin ataupun batuk.
Jenis ISPA yang paling umum ditemukan adalah common cold, atau yang lebih sering dikenal dengan pilek. Namun, meski terlihat ringan, ISPA jenis lain seperti bronkitis, meningitis, dan pnemonia dapat berdampak serius bagi tubuh jika tidak ditangani.
Kamu perlu mewaspadai gejala-gejala ISPA yang muncul, seperti batuk dan pilek, demam, nyeri tenggorokan, nyeri badan, dan hidung tersumbat.
2. Diare
Diare juga menjadi penyakit yang rentan terjadi setelah bencana alam. Kondisi lingkungan yang kurang memadai serta sumber makanan atau air yang terkontaminasi virus menjadi sebab utama terjadinya diare.
Selain itu, malnutrisi juga dapat menjadi pendorong terjangkitnya diare oleh pengidap, terutama pada anak-anak. Anak yang mengalami malnutrisi akan memiliki antibodi yang lebih rendah dan meningkatkan kerentanan terhadap virus penyebab diare.
Seseorang dapat disebut mengalami diare apabila mereka buang air besar (BAB) dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya. Secara normal seseorang akan buang air besar tidak lebih dari tiga kali dalam satu hari.
Jika mereka melebihi angka tersebut dan disertai gejala lainnya seperti tekstur feses yang lembek dan encer, dehidrasi, dan nyeri perut, demikian dapat dikategorikan sebagai diare.
Untuk menghindarinya, pastikan tangan selalu dicuci bersih dengan sabun dan mengusahakan penggunaan air bersih untuk dikonsumsi.
3. Penyakit kulit
Bencana alam seperti banjir dan tsunami membuat korban sangat rentan terhadap penyakit kulit. Komponen-komponen lingkungan seperti air pembuangan, zat kimia, dan tanah kotor dapat tercampur bisa membawa kuman dan bakteri.
Apabila manusia melakukan kontak dengan air yang tercemar, bakteri dapat masuk ke dalam kulit. Contoh penyakit kulit yang sering terjadi adalah kutu air, dermatitis kontak, dan eksim.
Bagi pengidap, gejala yang dapat muncul berupa kulit yang gatal-gatal, kemerahan, hiperpigmentasi, dan pembengkakan. Menjaga kebersihan dan obat-obatan ringan dapat membantu untuk menyembuhkan penyakit kulit.
Tetapi, disarankan untuk konsultasi kepada dokter apabila gejala terasa cukup menganggu. Selain itu, perawatan medis juga perlu diberikan apabila pengidap mengalami demam dan sulit bernafas.
4. Demam tifoid
Demam tifoid atau tifus merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada korban bencana alam. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang masuk ke dalam makanan dan minuman.
Jika dicerna, bakteri ini dapat menyebar ke aliran darah dan pencernaan manusia. Demam thypoid dapat berdampak fatal dalam sebagian kasus.
Gejala demam typhoid biasanya terdiri dari sebagai berikut:
- Sakit kepala.
- Mual dan muntah.
- Konstipasi dan diare.
- Demam tinggi.
- Ruam pada kulit (hanya di kasus-kasus tertentu).
5. Gastritis
Jenis penyakit yang terakhir adalah gastritis. Gastritis terjadi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, inflasi, atau erosi.
Dalam konteks bencana alam, gastritis dapat terjadi baik secara tiba-tiba atau perlahan dikarenakan oleh stres ataupun nutrisi makanan yang tidak memadai.
Bagi sebagian pengidap, gastritis tidak menimbulkan gejala. Tetapi, seringkali keluhan seperti nyeri perut, muntah, dan hilangnya nafsu makan dialami oleh pengidap gastritis.