Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam petunjuk manajemen evakuasi jenazah pascabencana
menyatakan bahwa mayat korban bencana alam sebenarnya tidak menyebabkan wabah penyakit.
Karena mereka tewas akibat trauma, tenggelam, atau tertindih reruntuhan sehingga tidak mengandung organisme penyebab epidemi, kecuali kalau mereka meninggal akibat wabah penyakit menular, misalnya virus Ebola di Afrika.
Namun manajemen perawatan jenazah perlu diperhatikan karena jika terlambat ditangani atau lama baru ditemukan, vektor tertentu seperti lalat, kutu, binatang pengerat, atau lainnya dapat
menyebarkan mikro organisme di dalam mayat. Jenazah korban bencana yang tidak ditangani baik
atau lama baru ditemukan juga dapat menulari sumber air minum. Terlepas dari alasan kesehatan,
penanganan jenazah pascabencana yang baik juga merupakan penghargaan atas harkat dan
martabat manusia.
Beberapa penyakit menular pascabencana, terutama setelah tsunami yang harus diwaspadai antara lain kolera, diare, malaria, infeksi dada, demam berdarah dengue, typhoid, Hepatitis A, infeksi vagina, dan penyakit anak-anak (kurang gizi dll). Dalam kondisi darurat, penyakit yang paling gampang menimbulkan Kejadian Luar Biasa adalah campak dan malaria. Virus campak gampang menular pada kondisi pengungsian yang padat dan lingkungan jelek, serta malaria merupakan ancaman karena pengungsi tidur di luar rumah tanpa perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Patut diperhitungkan juga ancaman tambahan, jika musim hujan akan segera tiba.
Sumber : https://indonesiabaik.id/infografis/waspada-penyakit-pascabencana