Donasi pembaca harian ”Kompas” Rp 120 juta dimanfaatkan untuk membangun jamban layak di Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Sanitasi masih menjadi persoalan penting kesehatan masyarakat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
23 Maret 2021 18:17 WIB·3 menit bacaTEKS
MAGELANG, KOMPAS — Sanitasi masih jadi persoalan penting dalam mendukung kemajuan peradaban bangsa, terutama generasi muda. Masyarakat, didukung berbagai pihak, harus terlibat aktif mewujudkan akses sanitasi yang merata dan juga memadai bagi lingkungan.
Demikian disampaikan Ketua Yayasan Dana Kemanusian Kompas (DKK) A Tomy Trinugroho, saat peletakan batu pertama pembangunan 40 jamban layak bagi 40 keluarga, di Balai Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (23/3/2021).
Program pembangunan jamban ini merupakan program kemitraan, kerja sama Yayasan DKK, USAID-IUWASH PLUS, dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Semali Asri Desa Pucungrejo di bawah pendampingan Pemerintah Kabupaten Magelang. Total dana pembangunan jamban mencapai Rp 120 juta yang berasal dari donasi pembaca harian Kompas, yang dikelola Yayasan DKK.
Dalam bantuan akses sanitasi tersebut, setiap keluarga akan mendapatkan dana bantuan Rp 3 juta. Sebesar Rp 1,5 juta diberikan sebagai dana hibah dan Rp 1,5 juta sisanya harus dikembalikan dengan cara dicicil dalam periode tertentu. Dana yang dikembalikan tersebut nantinya akan digunakan lagi untuk pembangunan jamban bagi warga lain.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 mencatat, persentase penduduk terhadap akses air minum layak adalah 79,16 persen dan sanitasi layak (jamban sehat) 85,3 persen dari total penduduk Jateng 34 juta jiwa.
Terkait kerja sama tersebut, Tomy mengatakan, Yayasan DKK memandang sanitasi masih merupakan persoalan penting karena berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Sanitasi yang memadai akan menciptakan lingkungan sehat. Dengan demikian membantu membebaskan anak-anak dari risiko terkena sejumlah penyakit sehingga dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat dan cerdas.
Oleh karena itu, lanjut Tomy, sanitasi juga akan menjadi salah satu prioritas perhatian Yayasan DKK. Setelah melakukan pembangunan jamban layak di Desa Pucungrejo, Yayasan DKK bersama USAID-IUWASH PLUS juga akan melaksanakan program perbaikan fasilitas sanitasi di dua kelurahan di Kota Malang, Jawa Timur.
Sanitasi yang memadai akan menciptakan lingkungan sehat. Dengan demikian membantu membebaskan anak-anak dari risiko terkena sejumlah penyakit sehingga dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat dan cerdas. (Tomy Trinugroho)
Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Magelang Didik Kristia Sofiyan mengatakan, saat ini, masih terdapat 41.779 keluarga di Kabupaten Magelang, yang belum memiliki jamban.
”Mereka masih menumpang di jamban milik tetangga, fasilitas toilet umum, dan ada pula yang masih membuang hajat di sungai,” ujarnya. Oleh karena itu, tahun ini, Pemerintah Kabupaten Magelang mulai menargetkan pembangunan 1.000 jamban layak di enam kecamatan.
Kepala Desa Pucungrejo M Ma’ruf mengatakan, pihaknya sangat bersyukur karena program kemitraan pembangunan jamban ini bisa dilakukan di desanya. Bantuan berupa pembangunan jamban layak masih sangat dibutuhkan karena dari 2.900 keluarga di desa tersebut, masih ada sedikitnya 100 keluarga belum memiliki jamban layak.
”Ada yang masih menumpang di tetangga, ada yang masih membuang hajat di sungai, dan ada pula yang memiliki jamban, tetapi pembuangannya tetap langsung mengarah ke sungai,” ujarnya.
Baca juga : Kepedulian Pembaca ”Kompas” untuk Jamban Sehat di Surabaya
Regional Manager IUWASH PLUS Jawa Tengah Jefry Budiman mengatakan, kendati berdampak penting pada kesehatan lingkungan dan masyarakat, masalah sanitasi sering kali masih diabaikan. Hal ini, di antaranya, ditunjukkan oleh rata-rata perilaku masyarakat perkotaan di Indonesia. Sebab, akses jamban layak tidak serta-merta menjamin kesehatan sanitasi.
Sekalipun sudah memiliki jamban layak, rata-rata warga kota belum memiliki kebiasaan menguras dan baru akan membersihkan hasil buangan jamban saat kondisi jamban sudah mampet. ”Padahal, saat kondisi sudah mampet itulah, limbah buangan jamban sudah mencemari air tanah,” ujarnya.
Sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/03/23/akses-sanitasi-belum-merata-yayasan-dkk-bantu-jamban-layak-di-muntilan/