Problema kehidupan perempuan ternyata banyak kaitannya dengan penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak. Di wilayah krisis air bersih misalnya, perempuan memikul tambahan tugas yaitu menempuh perjalanan jauh untuk mencari air bersih demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Sementara soal sanitasi, baik di perkotaan maupun pedesaan, perempuan dihadapkan dengan problema kondisi sanitasi yang buruk. Apabila toilet jorok dengan aliran air terbatas ( baik di kantor, sekolah atau tempat umum), perempuan akan lebih memilih untuk mengurungkan niat ke kamar kecil , kecuali jika benar-benar terpaksa.
Ketiadaan air bersih dan sanitasi layak di sekolah juga dapat mempengaruhi absensi murid perempuan. Menurut data UNICEF Indonesia pada tahun 2016, satu dari enam anak perempuan terpaksa membolos pada saat menstruasi karena sarana sanitasi yang tidak memadai di sekolah.
Tanpa disadari, perempuan banyak mengorbankan waktu, kesehatan, dan potensi edukasi tinggi karena sumber air bersih dan sanitasi layak tidak tersedia dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Akses ke Sanitasi yang Baik, Salah Satu Hak Dasar Manusia
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, 28 juta masyarakat Indonesia masih tak tidak memiliki akses air bersih dan 8,6 juta rumah tangga masih buang air besar sembarangan karena tak memiliki fasilitas sanitasi memadai. Sementara itu, air tanah dan sungai yang kerap menjadi sumber air minum bagi sebagian besar populasi di Indonesia kini telah terkontaminasi oleh limbah rumah tangga dan industri.
Padahal, air bersih dan sanitasi layak adalah hak dasar manusia. Hak dasar manusia ini yang secara merata hendak diwujudkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup, yaitu “Mencapai universal akses dalam sektor air minum dan sanitasi” yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.
Berikut beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk membantu mewujudkannya.
- Menyediakan Toilet Bersih
Indonesia memiliki track record yang tergolong rendah dalam penyediaan toilet umum bersih, menduduki peringkat ke-40 dari 140 negara berdasarkan riset World Economic Forum. Meski tampak bersih, namun fasilitas toilet yang ada tidak didukung dengan aliran air bersih. Kondisi yang demikian mendorong perempuan untuk menahan buang air saat sedang di tempat umum atau terjangkit penyakit saat menstruasi akibat penggunaan air yang kotor.
- Menyediakan Fasilitas Cuci Tangan
Era pandemi membuat dunia sadar akan pentingnya mencuci tangan dan hal ini merupakan hal baik yang wajib dipertahankan. Pengadaan fasilitas mencuci tangan menjadi sangat penting. Fasilitas cuci tangan tak hanya perlu dilengkapi dengan air bersih yang mengalir namun juga dengan sabun dan hand sanitizer.
- Sumber Air yang Aman
Masih banyak rumah tangga di Indonesia yang tak dilengkapi dengan sanitasi layak dan tanki septik yang memadai. Aturan pembuatan tanki septik yang benar antara lain wajib kedap air, memiliki lubang kontrol dan ventilasi, berjarak minimal 10 meter dari lokasi sumur air bersih, dan harus dikuras isinya secara rutin sebelum kemudian dikirim ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.
- Menumbuhkembangkan Kesadaran
Kesadaran akan pentingnya air bersih dan sanitasi layak yang responsif gender untuk mewujudkan hidup yang berkualitas, terutama bagi perempuan. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab kolektif, baik dari sisi pemerintah, pengurus sekolah, pemilik usaha, dan juga keluarga.
Dengan edukasi yang berkesinambungan, ketersediaan air bersih dan sanitasi layak kelak akan menjadi norma sosial Diharapkan kualitas hidup dan pemberdayaan perempuan juga akan semakin meningkat seiring dengan meluasnya akses ke air bersih dan sanitasi yang layak.
Sumber : https://cekidot.org/air-bersih-dan-sanitasi-layak-kunci-kemajuan-perempuan-indonesia