Air merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Karena air menjalankan fungsi penting untuk keberlangsungan hidup manusia.
Air yang bersih adalah hak asasi manusia karena air yang bersih berguna untuk menopang kesehatan masyarakat. Oleh karenanya penting bagi manusia melestarikan air dan menggunakannya dengan bijak.
Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada Selasa, 22 Maret 2022 dengan Tema Internasional “Lestarikan Air Tanah”, Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek memandang penting adanya edukasi pelestarian air tanah bagi masyarakat. Edukasi itu dilakukan melalui webinar bertajuk Kelola “Air Tanahku Demi Kelestarian Generasi Kita”.
Dr. Ir Eko Warisdiono M.M., Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Sekolah Dasar mengatakan, sangat penting memberikan pemahaman sejak dini tentang pengelolaan air dan tanah kepada anak-anak. Apalagi Sekolah Dasar di seluruh Indonesia sangat sedikit yang memiliki akses air.
“Menurut survei 1 dari 5 Sekolah Dasar di Indonesia tidak memiliki sarana air yang layak. Oleh karena itu secara bersama-sama kita harus mencari solusi seperti apa agar kebutuhan air di satuan pendidikan dapat terpenuhi,” kata Eko.
Selain itu, Eko melanjutkan, menurut data yang lain menunjukan bahwa akses dasar pada sarana air di jenjang sekolah dasar untuk perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Tentu saja ini menjadi hal yang perlu diperhatikan, karena dari sisi sumber air pedesaan relatif memiliki sumber air alami yang lebih banyak.
“Melalui webinar ini harapan kami dari Direktorat Sekolah Dasar dengan menghadirkan para narasumber yang ahli di bidangnya dapat memberi pemahaman tentang bagaimana mengelola air dengan bijak, baik oleh masyarakat maupun oleh satuan pendidikan,” kata Eko.
.jpeg)
Yuda Pracastino Heston ST., MT., Dosen Politeknik Pekerjaan Umum, Teknik Tata Bangunan dan Perumahan memaparkan, dalam pengelolaan air tanah ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama terkait dengan pengendalian atau pengambilan pemanfaatan air tanah, kedua pengolahan kualitas, yang ketiga adalah pengendalian pencemaran dan pemulihan kerusakan.
“Tiga hal tersebut yang perlu diperhatikan agar kita bisa mengelola air tanah demi melestarikan generasi bangsa,” ujarnya.
Pengenalan pengelolaan air di satuan pendidikan dapat dimulai melalui sanitasi sekolah, oleh karenanya sangat diperlukan satuan pendidikan memiliki sanitasi yang layak. Yuda Pracastino mengungkapkan ada enam poin terkait dengan prinsip sanitasi yang ada di sekolah.
Pertama adalah terkait dengan perspektif perilaku, dalam hal ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat. Yang kedua terkait dengan ketersediaan air minum. Definisi air minum adalah air bersih yang sudah melalui proses pengolahan, misalnya sudah direbus menjadi air layak diminum.
“Lalu yang ketiga adalah terkait dengan fasilitasi keberadaan proyek atau jamban, termasuk di dalamnya adalah pengolahan air limbah yang disebut dengan septic tank,” sebutnya.
Poin yang keempat adalah penyediaan fasilitas. Kelima saluran air sebagai sistem drainase. Dan yang keenam adalah tempat sampah atau tempat penampungan sementara.
“Di dalam panduan penyusunan dokumen perencanaan strategis dalam sanitasi sekolah kami mencatat, ada tujuh poin yang perlu diperhatikan oleh bapak dan ibu di dalam melakukan penilaian terkait dengan kondisi sanitasi yang ada di sekolah,” kata Yuda.
Tujuh poin yang perlu diperhatikan dalam implementasi sanitasi di satuan pendidikan pertama adalah toilet murid dengan guru, serta toilet anak perempuan dan laki-laki harus terpisah. Kemudian ketersediaan air yang mencukupi, pengelolaan toilet secara baik, fasilitas septic tank harus dipastikan memadai.
“Lalu juga yang tidak kalah penting adalah fasilitas untuk siswi yang datang bulan. Seperti yang kita ketahui bahwa dewasa ini banyak murid-murid SD wanita yang sudah mengalami menstruasi,” kata Yuda.
Selanjutnya adalah adanya fasilitas cuci tangan menjadi perhatian bersama apalagi ketika memasuki era pandemi Covid-19. Tidak hanya tersedia air di sekolah namun juga harus dilengkapi dengan ketersediaan sabunnya.
“Kemudian yang tidak kalah penting juga adalah pengelolaan sampah serta saluran air yang baik, saluran air dari fasilitas cuci tangan maupun saluran air dari kamar mandi yang harus terpisah dengan saluran air yang dari toilet. Jangan lupa untuk mengontrol kebersihan saluran air keluar,” tambahnya.
.jpeg)
Senada dengan Yuda Pracstino, dalam kesempatan tersebut Ir. Basah Hernowo, MA, Praktisi Air Minum dan Sanitasi menekankan tidak hanya ketersediaan air saja yang perlu diperhatikan. Melainkan juga akses air minum yang layak bagi anak-anak yang juga tidak kalah penting harus diperhatikan.
“Kita harus perhatikan akses air minum yang aman untuk diminum karena akan berpengaruh pada kesehatan. Kalau bisa kita sudah memiliki akses atau alat air minum yang dapat langsung diminum. Namun beberapa hal yang terjadi adalah, kita baru sampai pada tahap kelayakan akses,” ujar Basah Hernowo.
Karena sanitasi di satuan pendidikan di Indonesia masih tahap layak, maka ada dua langkah yang dapat dilakukan agar anak-anak tetap tumbuh sehat. Pertama adalah akses Puskesmas atau sarana kesehatan.
“Kalau sarana kesehatan baik, biasanya itu menunjukkan bangsa yang baik. Sebagai contoh adalah negara-negara Skandinavia atau Singapura yang layanan kesehatannya baik,” kata Basah Hernowo.
Kemudian yang kedua adalah sarana dan prasarana sekolah yang baik, karena akan menjadi jendela pembangunan suatu bangsa.
.jpeg)
Sementara itu Arief Nugroho Nur Prasetyo, Dept. Penelitian dan Pengembangan Kurikulum SD School of Universe Parung menambahkan, sekolah tempat ia mengajar merupakan sekolah alam yang letaknya lebih rendah dari posisi air. Hal ini kemudian mengakibatkan berlimpahnya air apalagi curah hujan di daerah Bogor cukup tinggi, sehingga lahan sekolah pun kurang mampu menyerap air.
Namun karena tanah sering dipakai untuk aktivitas sekolah sehingga terjadi perkerasan disebabkan karena banyaknya lalu lalang. Arief menyampaikan ketika air datang melimpah pihak sekolah memanfaatkannya untuk air minum, untuk beribadah (berwudhu) dan untuk kebutuhan cuci tangan sebagai bagian dari kebersihan.
“Selain itu air juga kita gunakan untuk toilet tertutup ataupun jongkok, kemudian untuk penyiraman tanaman. Untuk air minum kita gunakan dua sumber. Satu dari air hujan dengan cara elektrolisis dan air dengan menggunakan tanah sederhana yang bisa menghasilkan air alkali,” tuturnya.
Sumber : https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/perkokoh-kelestarian-alam-melalui-pengelolaan-air-tanah-dengan-bijak