Bandung – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan hampir seperlima warga di Jawa Barat (Jabar) masih melakukan buang air besar sembarangan (BABS). Dikutip detikcom dari laman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Lingkungan sebanyak 9,12 juta warga Jabar masih melakoni perilaku BABS.
Akhir pekan lalu detikcom diajak oleh Ujang (40), warga Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung untuk menyusuri Kali Cisanggarung yang berhulu di Cikawari. Di sana, Ujang yang juga aktivis dari Odesa Indonesia memperlihatkan masih banyaknya warga yang langsung ‘meluncurkan’ berbagai limbah domestik ke sungai, hal itu terlihat dari pipa-pipa saluran pembuangan yang menjuntai dari balik deretan rumah warga.
“Kalau dulu hampir semua warga ‘nongkrong’ (BABS) di sini (di pinggir sungai), bahkan dulu ada yang di jembatan tidak malu ketika ada orang yang lewat karena terbiasa. Sekarang orang sudah malu kalau kelihatan orang lain, dia sudah mulai ke rumah, tapi tetap saja dibuangnya ke sungai,” kata Ujang belum lama ini.
Ironisnya, sungai yang memiliki warna air kecoklatan sebagai dampak erosi di bagian hulu itu mengalir ke salah satu destinasi wisata yang cukup populer di wilayah tersebut. Tak jarang bila pada akhir pekan, banyak pelancong atau pesepada yang bermain air di sana tanpa menyadari ada ancaman bakteri E.coli yang berasal dari sanitasi yang buruk dari bagian hulu. Masalah tak berhenti di sana, sebab sungai tersebut terus mengalir ke Cisaranten hingga ke arah Ranca Oray di Gede Bage, Kota Bandung.
“Saya mengakui, dulu juga masih membuang tinja ke sungai. Karena merasa tidak masalah, rasanya membuang ke sungai itu rasanya tidak mengendap, tetapi mengalir. Itu pandangan saya orang bodoh, mengalirnya itu bebas lah entah ke mana, saya tidak menutup diri, bukan saya menjelek-jelekkan, saya juga memang dulu membuang ke sana karena ketidaktahuan,” ucapnya.
Baca juga:
PKB Ingatkan Tugas Berat Kapolda Metro-Jabar yang Baru, Tegakkan Prokes
“Tapi setelah saya bergabung dengan Odesa, saya jadi tahu, ternyata perilaku tak sehat tersebut, berdampak terhadap orang-orang yang berada di hilir, selain airnya tak bisa dimanfaatkan, juga membawa penyakit,” katanya. Ujang bergabung dengan gerakan empati pengentasan kemiskinan itu sejak tahun 2016 silam.
Ujang mengatakan, saat ini Odesa Indonesia tengah berjibaku dalam memberikan edukasi kepada warga agar tak melakukan BABS. Tak hanya edukasi, pembangunan infrastruktur berupa toilet umum berikut septic tank pun dilakukan di puluhan titik dengan melibatkan partisipasi dari masyarakat dan dana CSR.
Catatan Odesa, kini 90 persen warga di Cimenyan tak melakukan BABS seiring dengan gerakan yang dilakukan. Walau demikian, masih ada 1.500 kepala keluarga yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan.
“Karena kalau harus membuang dengan membuat septic tank itu tidak murah, harus membongkar, kalau tempat MCK-nya memang sudah maksimum ya, tapi ya itu pembuangannya. Ibaratnya membuang septic tank itu butuh dana minimal Rp 2 juta, sedangkan kalau membuang ke sungai hanya butuh pipa beberapa lente saja,” katanya.
Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5258015/duh-912-juta-warga-jabar-masih-bab-sembarangan?_ga=2.120204168.1083421317.1652678565-719962444.1652678565