Surabaya: Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang masih belum bisa mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak merupakan fakta yang tidak bisa terbantahkan. Salah satunya di Provinsi Jawa Timur (Jatim), belum 100 persen penduduknya mendapatkan akses layak tersebut.
Berkaca dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menyebutkan dari 38,85 juta penduduk di Jatim, masih ada 24,46 persen yang belum mendapatkan akses air bersih dan 31,85 persen yang tidak memiliki akses pada sanitasi yang layak. Sedangkan secara nasional dari 225 juta penduduk, 27,96 persen belum mendapatkan akses terhadap air bersih dan 32,11 persen masih tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak.
Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), untuk bisa mengentaskan angka tersebut dibutuhkan dana lebih dari Rp500 triliun untuk sanitasi Rp275 triliun dan air bersih Rp272 triliun. Namun sayangnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya bisa mengkover 15 persen dari dana yang dibutuhkan bagi sanitasi dan 30 persen dari kebutuhan pemenuhan air bersih.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
- Happy
- Inspire
- Confuse
- Sad
Artinya pendanaan menjadi masalah besar untuk memenuhi akses layak tersebut. Untuk itu diperlukan inovasi pembiayaan yang memudahkan masyarakat mendapatkan akses tersebut. Bappenas pun seringkali mengutarakan pemerintah mendorong berbagai skema pembiayaan di luar dana APBN untuk bisa membiayai proyek-proyek pembangunan nasional.
Beranjak dari kebutuhan tersebut, Danone-AQUA dan Water.org berkolaborasi mengembangkan inovasi peningkatan akses air minum dan sanitasi khususnya di Provinsi Jawa Timur melalui kredit mikro dari lembaga keuangan. Kolaborasi ini dijalankan dengan skema pembiayaan air minum dan sanitasi (PAMDS/WaterCredit).
Skema ini mendorong lembaga keuangan mikro untuk mengembangkan dan meluncurkan produk keuangan dalam pembangunan akses air dan sanitasi. Di Jawa Timur pengembangan skema ini turut menggandeng PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR)-Bank Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Jatim.
Produk keuangan berupa pinjaman ini ditujukan bagi kelompok pengelola sistem penyediaan air minum (KPSPAM) di Jatim agar dapat mengembangkan cakupan layanan air bersih dan sanitasi di daerahnya. Melalui inovasi skema tersebut, Water.org dan Danone-AQUA menargetkan dampak yang lebih besar melalui solusi keuangan yang berkelanjutan dengan memberdayakan kelompok tersebut di pedesaan.
Chief Representative Water.org Indonesia Rachmad Hidayad mengatakan pihaknya dan Danone-AQUA memberikan dukungan berupa pendampingan pada KPSPAM untuk mendapatkan akses permodalan. Rachmat bilangan Water.org mencoba menyiapkan dan memberikan pengetahuan bagi KPSPAM dalam menyiapkan rencana bisnis untuk mengajukan pembiayaan pada lembaga keuangan.
“Rencana bisnis tersebut berisi profil kelompok SPAMS, laporan keuangan tiga bulan terakhir dan forecast pendapatan selama satu dua tahun ke depan. Lalu proyeksi sambungan rumah baru, rencana anggaran biaya kebutuhan investasi dan lain sebagainya. Dokumen tersebut membantu lembaga keuangan ketika melakukan appraisal. Kan kalau mau pinjam ke lembaga keuangan harus punya perencanaan. Itu kami berikan pengetahuan pada kelompok itu,” kata Rachmat di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 12 Desember 2019.
Senada dengan Rachmat, Water Access Manager Danone Indonesia Okta Fitrianos menjelaskan kolaborasi ini sejalan dengan visi Danone yaitu One Planet One Health. Hal tersebut dimaknai bahwa kesehatan lahir tidak hanya melalui makanan, minuman atau pun gaya hidup masyarakat, tetapi juga berasal dari lingkungan yang juga sehat.
Dia bilang pihaknya terus berkomitmen untuk mendukung tercapainya target pembangunan berkelanjutan (SGDs) di 2030. Oleh karenanya penting untuk mendukung inovasi dan inisiatif yang baik demi mencapai akses air bersih dan sanitasi yang layak melalui cara yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat.
“Program ini juga merupakan implementasi dari kampanye kita di 2010 di mana satu liter Aqua yang terjual di periode tertentu akan dikonversi menjadi dukungan untuk pengadaan air bersih bagi masyarakat,” tutur Okta.
Program ini telah dikampanyekan sejak 2016 dengan target bisa memberikan akses air bersih bagi 39 ribu jiwa. Pada realitanya, hingga kini angkanya sudah melebihi target mencapai 49 ribu jiwa dan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan pinjaman baru dan sambungan baru.
Dirut Bank UMKM Jawa Timur Yudhi Wahyu Maharani mengatakan program sinergi dengan Water.org dan Danone-AQUA telah berjalan satu tahun terakhir. Namun penyaluran pinjaman pada KPSPAM baru efektif tiga bulan terakhir. Dalam tiga bulan tersebut, ia menyebutkan sudah menyalurkan pendanaan sebesar Rp836 juta.
Angka tersebut disalurkan pada 50 debitur atau kelompok yang mengajukan dan berada di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur. Daerah serapan pinjaman tersebut sudah hampir mencapai 50 persen dari jumlah total kabupaten/kota di Jatim yang mencapai 38.
Dia bilang sebenarnya masih banyak kelompok lainnya yang proposalnya belum diterima lantaran masih dalam proses administrasi. Namun jika melihat respon positif tersebut, pihaknya pun berani untuk menargetkan penyaluran kredit atau pinjaman di 2020 hingga Rp5 miliar.
Apalagi pihaknya juga memiliki visi bahwa air bersih dan sanitasi menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Keduanya memberikan multiplayer efek yang banyak pada masyarakat dalam menjalankan hidup yang lebih baik.
Lebih jauh Yudhi percaya dengan adanya kolaborasi bersama Water.org dan Danone-AQUA akan membuat kecepatan penyaluran pinjaman bisa lebih jauh. Sebab jika hanya berjalan sendiri, dirinya mengaku akses pada pangsa pasar kredit juga tidak bisa melaju dengan cepat.
Ke depannya Yudhi menambahkan akan menargetkan untuk menggap fasilitas air bersih dan sanitasi di pesantren-pesantren di Jawa Timur. Target tersebut juga sesuai dnegan program Pemprov Jatim yang ingin menjadikan wilayah tersebut sehat.
“Kita dititipkan Bu Gubernur Jatim (Khofifah Indarparawansa) untuk Jatim sehat. Saya pikir apa ini Jatim sehat, termasuk pesantren 2020 kita siapkan. Setiap santri mandi, wudhu sarana prasarananya kita sehatkan,” ujar Yudhi.
Salah satu desa yang mendapatkan akses permodalan ini yakni Desa Sekapuk. Kepala Desa Sekapuk, Kabupaten Gresik Abdul Halim mengatakan dengan adanya skema pendanaan tersebut memudahkan warga desanya untuk mengakses air bersih dengan kualitas semburan yang lebih tinggi.
Secara teknis, perbankan memberikan pinjaman pada KPSPAM dalam hal ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Lalu dana tersebut oleh BUMDes digunakan untuk membangun saluran air rumah tangga yang biayanya sebesar Rp700 ribu per jaringan. Nantinya warga yang berminat untuk memasang jaringan tersebut bisa mengangsur biaya pemasangan ke BUMDes.
“Biaya pasang pipa dan meteran Rp700 ribuan. Besaran tersebut dirasakan berat bagi warga di sini. Makanya Alhamdulillah kita bisa dapat kredit yang bunganya murah. Nanti warga tinggal pasang, konsekuensinya mau mengangsur,” pungkas Abdul.
Sumber : https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/0Kv9wg4k-menghadirkan-akses-pembiayaan-air-minum-dan-sanitasi-di-jatim