Menghadapi pandemi, masyarakat bergotong royong menciptakan lingkungan amat dan sehat.
Belum genap tengah hari di Jayapura, namun suhu udara telah terasa panas dan lembap. Peluh mengalir pada wajah Indri Sodyah, melewati tepi hijab merah yang ia kenakan. Indri baru saja kembali dari kegiatannya melakukan disinfeksi di area-area publik Jayapura.
Saat bercerita, Indri bertutur dengan suara tenang dan hampir-hampir tanpa ekspresi. Sikapnya ini sangat berbeda dari sikap yang ia tunjukkan saat melakukan pekerjaannya di Puskesmas Yapsi. Di sana, Indri adalah Tenaga Kesehatan Lingkungan yang bertanggung jawab mengedukasi masyarakat tentang pengaruh lingkungan terhadap kondisi kesehatan mereka. “Lingkungan yang tidak sehat melahirkan keluarga yang tidak sehat,” adalah nasihat yang sering ia sampaikan kepada warga.
Yapsi, yang merupakan salah satu distrik di Papua, terletak 100 kilometer jauhnya dari pusat Jayapura, ibu kota provinsi. Pada pertengahan bulan April, isu bahwa virus COVID-19 telah menjangkiti masyarakat mulai beredar setelah beberapa warga diberikan status “pasien dalam pengawasan” (PDP). Artinya, mereka diwajibkan pemerintah untuk segera melapor ke dinas kesehatan setempat jika mengalami gejala-gejala COVID-19.
Tes cepat pun segera dilaksanakan dan, meskipun hasilnya negatif, puskesmas mulai menyiapkan warga agar dapat melindungi diri dengan lebih baik dari penyakit. Indri meyakinkan warga agar mau menjaga diri dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan, termasuk mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, dan menjaga jarak aman dengan orang lain.
UNICEF/2020/Supangkat JobIndri dan rekan kerjanya saat kegiatan disinfektan tempat publik di Jayapura.
“Lingkungan yang tidak sehat melahirkan keluarga yang tidak sehat.”Indri
Bersama rekan-rekannya di puskesmas, Indri kerap mendatangi masyarakat di Yapsi untuk menyosialisasikan upaya pencegahan ini. Puskesmas pun bekerja sama dengan beberapa kepala desa untuk membuat sarana cuci tangan umum dan menyusun jadwal disinfeksi agar penularan COVID-19 dapat dicegah. Upaya Indri tak luput dari perhatian warga.
Bestiana, warga asal Desa Ongan Jaya, mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Kami berterima kasih. Puskesmas mengajarkan kami bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat membunuh COVID.”
Namun, mengajak warga desa mengubah perilaku mereka bukanlah hal yang mudah. Selama bertahun-tahun, Indri mengampanyekan stop buang air besar sembarangan (BABS)—praktik yang lazim bagi masyarakat, tetapi dengan konsekuensi kesehatan yang serius. Awalnya, tidak sedikit warga yang menolak; sebagian kepala desa bahkan enggan mengubah kebiasaan yang telah begitu mengakar bagi mereka.
Akan tetapi, Indri tidak menyerah. Akhirnya, ia mengerahkan warga desa untuk bekerja sama dan membangun sarana toilet umum. Hasilnya, pada tahun 2016, Desa Purnawajati berhasil menjadi desa pertama di Yapsi yang berstatus bebas BABS.
“Kesadaran masyarakat sudah menjadi tanggung jawab saya.”Indri
UNICEF/2020/ Indri SodyahIndri di Puskesmas Yapsi.
“Kesadaran masyarakat sudah menjadi tanggung jawab saya,” kata Indri. “Saya ingin mereka bisa bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan.”
Saat ini, semua pemangku kepentingan di Yapsi—termasuk kepala desa, organisasi pemuda, dan sektor swasta—turut mendukung inisiatif kesehatan masyarakat. Sekarang, semua area publik menyediakan sarana mencuci tangan lengkap dengan sabun. Tempat-tempat ibadah pun setuju menghentikan kegiatan yang bersifat mengumpulkan massa.
Puskesmas juga membersihkan bangunannya dan area publik lain dengan cairan disinfektan. Kegiatan ini didukung oleh UNICEF dengan pendanaan dari USAID dan dilaksanakan melalui kemitraan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. Selain itu, telah direncanakan pula kegiatan kampanye kebersihan di beberapa desa dan pengembangan kapasitas untuk tenaga kesehatan lingkungan di Jayapura.
UNICEF/2020/ Indri SodyahIndri dalam sebuah kunjungan ke Yapsi untuk mengajak warga mengikuti rekomendasi protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19.
“Saya ingin mereka bisa bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan.”Indri
“Dengan penyemprotan [disinfektan] yang dilakukan di Puskesmas, kami sekarang merasa terlindung,” kata Kornelis dari Desa Taja.
Hingga saat ini, belum ada kasus positif COVID-19 yang dilaporkan di Yapsi, dan hal ini tak lepas dari upaya Indri dan timnya untuk mempromosikan kebersihan lingkungan.
“Krisis COVID menunjukkan pentingnya kebersihan tangan yang mendasar sebagai cara yang amat efektif dan berbiaya rendah untuk mencegah penularan penyakit,” kata Ann Thomas, UNICEF Indonesia Chief of WASH.
“Strategi respons kami bertujuan agar praktik kebersihan dapat bertahan meskipun kelak pandemi berakhir. Praktik ini dapat membantu mencegah penyakit pernapasan dan diare yang pada situasi normal merupakan penyebab utama kematian anak di Indonesia.”
Indri tahu, selayaknya jarak yang ia tempuh setiap hari ke puskesmas, proses yang menantinya di depan masih panjang. Hanya saja, kali ini, ia tidak sendiri.
Sumber : https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cerita/berjuang-untuk-kesehatan-lingkungan-di-jayapura-selama-pandemi-covid-19