TRIBUNJATENG.COM – Kesehatan menjadi kebutuhan pokok bagi umat manusia, terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini. Kesehatan masyarakat merupakan hal utama yang harus terus diperhatikan dengan baik supaya terwujudnya keselamatan rakyat. Barangkali kita ingat kata-kata Cicero, filsuf berkebangsaan Italia itu berkata, “Salus populi suprema lex esto”, yang artinya keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi.
Lingkungan berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan manusia karena berbagai faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Kita sudah sama-sama mengetahui, kebersihan menjadi salah satu kunci untuk mencegah penuluran virus Corona. Hal senada pun diutarakan oleh Profesor Arif Sumantri dari Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI), ia mengatakan sanitasi yang baik juga dapat ikut mencegah pertumbuhan mikroorganisme seperti virus penyebab Covid-19.
Dalam hal ini, sanitasi lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, terutama sarana air bersih, ketersediaan jamban, pengolahan air limbah, pembuangan sampah, dan pencemaran tanah. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Isnaini, 2014).
Adapun World Health Organization (WHO) memberikan pengertian lain, sanitasi merupakan salah satu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup (Huda, 2016).
Dua pengertian tersebut merujuk pada lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Mutakhir ini, kita sudah paham bagaimana masyakat sudah patuh terhadap protokal kesehatan dengan menggalakkan cairan disinfeksi, hal itu memang baik. Akan tetapi, membuat lingkungan sekitar memiliki sanitasi yang baik pun perlu dilakukan. Sanitasi menjelma sebagai salah satu langkah awal untuk mencapai kesehatan yang sempurna bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), akses sanitasi aman saat ini baru dirasakan oleh 7,42 persen masyarakat Indonesia. Angka yang tidak terlalu banyak dan sekaligus menjadi bukti bahwa kesehatan masyarakat yang kurang baik salah satunya karena akses sanitasi yang hanya dirasakan oleh segelintir masyarakat. Padahal, akses masyarakat terhadap sanitasi menjadi sebuah hal yang urgen karena berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, apalagi di masa pandemi COVID-19 ini. Dalam temuan Bappenas, provinsi yang memiliki akses rendah terhadap sanitasi cenderung memiliki angka stunting yang tinggi.
Menurut laman daring Tempo.co, sanitasi dibagi menjadi dua, yakni sanitasi aman dan sanitasi layak. Akses sanitasi aman adalah fasilitas yang dimiliki oleh rumah tangga, yang terhubung dengan septic tank. Akses sanitasi aman umumnya disedot rutin satu kali selama tiga hingga lima tahun dan dibuang ke instalasi pengolah tinja atau IPLT. Sedangkan sanitasi layak ialah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Syarat itu di antaranya kloset mesti menggunakan leher angsa. Kemudian, tempat pembuangan akhir tinja harus menggunakan tangki septik atau pengolahan air limbah.
Masa pandemi menjadi momentum masyarakat untuk melakukan kegiatan semua kegiatan di rumah, termasuk soal masak makanan. Masyarakat memiliki alternatif untuk tidak membeli makanan di luar rumah karena berpotensi menjadi penularan Corona. Hal ini kemudian mendorong masyarakat memilih memasak sendiri. Yang perlu diperhatikan setelah memasak makanan di rumah ialah dengan membuang sisa makanan dan kemasan dengan cara yang layak dan sanitasi, menghidari penumpukan sampah yang menarik hama yang akan berakibat pada kesehatan masyarakat sekitar. Namun, sanitasi yang buruk akan berdampak pada kesehatan manusia, seperti cacingan dan diare, stunting, hingga tifus.
Permasalahan dan Upaya KitaIklan untuk Anda: Lelaki Bekasi Temukan Cara Tumbuhkan Rambut dalam Hitungan HariAdvertisement by
Sri Wulyani dalam bukunya Pengetahuan Sanitasi dan Aplikasinya(2019) menyebutkan permasalahan sanitasi di Indonesia sangat beragam. Permasalahan tersebut antara lain, kebocoran septic tank; fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang tidak berfungsi secara optimal; saluran air yang tersumbat; banyak masyarakat yang masih melakukan aktivitas harian di sungai yang tercemar, dan lain-lain. Kita tidak bisa memungkiri, kebanyakan masyarakat terutama kalangan akar rumput, masih melakukan aktivitas harian di sungai yang tercemar karena memang tidak memiliki kakus yang baik.
Sumber : https://jateng.tribunnews.com/2020/12/17/sanitasi-dan-kesehatan-masyarakat-di-masa-pandemi