Kebakaran hutan dan lahan merupakan suatu kejadian yang dapat memusnahkan segala sesuatu yang ada dihutan tersebut yang tidak dapat ditahan penyebarannya secara bebas karena mengonsumsumsi bahan bakar yang tersedia di hutan dan lahan seperti serasah, rumput, cabang kayu yang sudah mati, dan lain-lain. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan No. 195/Kpts-II /1986 defenisi kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan/atau nilai lingkungan. Karena itu, kebakaran hutan dan lahan dapat berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu lingkungan fisik, hayati, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap Kualitas Tanah
Kebakaran hutan dan lahan menurut Gamal Abd. Nasser (2010), berpengaruh langsung terhadap kualitas tanah berupa pemanasan terhadap tanah, sedangkan pengaruh yang tidak langsung berupa perubahan sifat tanah karena kebakaran mengkonsumsi vegetasi yang hidup di atas tanah. Dampak kebakaran terhadap sifat tanah ditentukan oleh frekuensi kebakaran, intensitas panas, lamanya kebakaran, vegetasi yang tumbuh dan jenis tanah.
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan, aktifitas pembukaan lahan dan hujan deras, dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah. Tanah akan menjadi disagregat dan kompak. Kerapatan tanah meningkat dan porositas menurun mengakibatkan kelembaban tanah dan kapasitas menyerap tanah menurun. Jika hal ini terjadi pada tanah-tanah Oxisol, Ultisol, Inceptisol dan tanah merah, akan terbentuk lapisan keras (hardpan).
Gamal Abd Nasser (2010) juga mengungkapkan bahwa kebakaran juga dapat mengakibatkan terjadinya repelensi tanah (daya tolak tanah) terhadap air meningkat, dimana uap serta gas yang mengandung zat hidrofob (penolak air) dapat dihasilkan oleh kebakaran hutan dan lahan tersebut. Gas ini akan terkondensasi pada lapisan tanah yang lebih dingin, sehingga terbentuk lapisan tanah yang repelan. Dengan adanya lapisan repelan, maka permeabilitas tanah menjadi terbatas sehingga timbul masalah erosi dan kekeringan. Erosi pada tanah yang diakibatkan dari kebakaran hutan dan lahan karena disebabkan (1). Melonggarnya ikatan-ikatan pada permukaan tanah dan batu-batuan, sehingga mengakibatkan tanah mudah longsor; (2). Hilangnya lapisan serasah dan humus yang melindungi tanah terhadap pukulan air hujan; (3). menyebabkan lapisan-lapisan di permukaan untuk sementara sukar dibasahi; (4). menutup dan menyumbat pori-pori tanah dengan abu; (5). kebakaran yang berulang-ulang akan mencegah pembentukan serasah tahunan yang berfungsi sebagai mulsa terhadap permukaan tanah, sehingga menyebabkan lapisan tanah mineral tererosi oleh air hujan.
Dampak langsung dari kebakaran adalah pembebasan unsur-unsur mineral yang tercuci dan masuk ke dalam tanah. Kalium, Kalsium, Asam Phosphat dan zat-zat lain yang mudah dijangkau tumbuh-tumbuhan, dalam waktu yang singkat sesudah terjadi kebakaran menjadi lebih banyak dan dapat meningkatkan daya tumbuh vegetasi, asalkan zat-zat ini tidak tercuci atau terbawa erosi sebelum dimanfaatkan oleh tumbuhan. Kebakaran menghasilkan abu yang kaya akan mineral tapi abu mempunyai sifat sulit mengikat air. Akibatnya abu yang kaya nutrien ini akan mudah tererosi bila terjadi hujan dan unsur-unsur hara tanah akan hilang.
Keseluruhan dampak kebakaran terhadap sifat kimia tanah dalam waktu singkat adalah menguntungkan karena tanah menjadi lebih kaya dengan bahan organik dan mineral-mineral yang dibutuhkan tumbuhan. Penambahan mineral tersebut pada tanah sangat tergantung dari intensitas kebakaran, lama kebakaran, dan jenis vegetasi penutup tanah, akan tetapi ada sebagian ahli berpendapat terjadinya peningkatan keasaman tanah. Kebakaran pada tanah permukaan akan memanaskan tanah dan dapat mengakibatkan kematian jasad-jasad renik sampai sedalam 3-10 cm. Kebakaran yang berulang-ulang dapat mengurangi jasad renik tanah dekat permukaan.
Menurut Anonim (2013) Kebakaran hutan dan lahan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan mikroorganisme) tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. Makroorganisme tanah misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah misalnya : mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh. Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan menurun. Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan membuat mikroorganisma mati, karena sebagian besar mikroorganisma tanah memiliki adaptasi suhu yang kecil. Namun demikian, apabila mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuhnya. Dengan terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah dijelaskan di atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi terhenti.