Secara alami, setiap hari manusia terpapar radiasi. Radiasi adalah energi yang terpancar dari materi (atom) dalam bentuk partikel atau gelombang. Berdasarkan kemampuan dalam melakukan ionisasi, radiasi dapat dibedakan menjadi radiasi pengion dan radiasi non pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang jika menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion (ionisasi). Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi.
Apa saja sumber dan jenis radiasi?
Sumber radiasi di lingkungan secara alami dapat berasal dari sinar kosmik (angkasa luar) dan peluruhan radioaktif di permukaan bumi. Atmosfer bumi dapat mengurangi radiasi kosmik yang diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari sumber kosmik ini bergantung kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan semakin besar apabila posisinya semakin tinggi. Radiasi di permukaan bumi berasal dari zat radioaktif yang sudah ada sejak awal terbentuknya bumi dan tersimpan di lapisan kerak bumi. Pada saat meluruh, zat radioaktif tersebut menghasilkan energi atau radiasi berupa partikel alpha dan beta, serta sinar (atau gelombang) gamma. Gas radon merupakan sumber radiasi alpha yang paling banyak di alam dan terbesar yang diterima manusia.
Apa dampak radiasi terhadap manusia?
Paparan radiasi pada tubuh manusia dapat mengionisasi molekul atau sel dan efek pada tubuh manusia akibat terpapar radiasi bergantung pada dosis radiasi yang diterima. Menurut Badan peneliti radiasi PBB (UNSCEAR), rata-rata dosis efektif radiasi per tahun yang diterima manusia dari alam adalah 2,4 mSv, terdiri dari radiasi kosmik (0,4 mSv), gamma (0,5 mSv), radon (1,2 mSv) dan radiasi internal (0,3 mSv). Pada paparan akut dengan dosis tinggi, efek radiasi dapat menyebabkan kematian sel, gangguan fungsi jaringan dan organ tubuh, bahkan kematian, hal ini disebut dengan efek deterministik. Radiasi juga menyebabkan terbentuknya sel baru yang tidak normal dan berpotensi kanker pada individu yang terpapar atau penyakit yang diturunkan pada keturunan, hal ini disebut dengan efek stokastik. Badan energi nuklir dunia (IAEA) menggolongkan radiasi sebagai zat karsinogenik, artinya radiasi pada dosis serendah berapa pun yang diterima manusia akan menyebabkan efek terhadap sel dan jaringan yang berpotensi kanker. Target organ paparan gas radon adalah sel epitel paru, sehingga dampak kesehatan akibat paparan gas radon adalah kanker paru. Namun tubuh manusia memiliki kemampuan mentoleransi paparan radiasi dan radioaktivitas yang ada di alam.
Bagaimana cara mengukur radiasi?
Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan batas referensi paparan radon di udara pemukiman yang tidak menimbulkan efek kesehatan sebesar maksimal 100 Bq/m3. Pada wilayah khusus yang memiliki radiasi latar belakang tinggi (High Background Radiation Area, HBRA) direkomendasikan batas referensi paparan radon di udara pemukiman yang tidak menimbulkan efek kesehatan maksimal 300 Bq/m3 (atau setara dengan 10 mSv/tahun). Pengukuran radon dan radiasi gamma lingkungan mudah dilakukan, tetapi memerlukan prosedur standar untuk menjamin akurasi dan presisi dari suatu pengukuran. Pengukuran radon bisa dilakukan pada jangka pendek dan juga jangka panjang tetapi pengukuran radon secara terus menerus dalam jangka panjang lebih dapat diandalkan. Untuk radiasi gamma pengukuran sesaat bisa dipakai untuk memperkirakan dosis radiasi yang diterima dalam setahun.