Fasilitas kesehatan lingkungan dan sarana sanitasi masih minim di beberapa pos pengungsian korban banjir bandang Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Demikian identifikasi Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dr Budi Siylvana MARS, dikutip Senin 20 Juli 2020.
“Minimnya sarana sanitasi itu dapat dilihat dari kurangnya peralatan cuci tangan pakai sabun (CPTS) di setiap pos pegungsian,” katanya. Hal itu dikemukakan Budi pada konferensi pers virtual bertema “Banjir Bandang Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan”.
Menurut dia, keterbatasan sarana sanitasi itu di lapangan harus segera ditanggulangi. Terlebih lagi karena masih masa pandemi COVID-19. Sementara di lapangan juga ditemukan keterbatasan masker untuk petugas, relawan dan pengungsi.
Kondisi itu terlihat dari banyaknya penyintas yang tidak menggunakan masker dan belum dilakukan ‘social distancing” ataupun jaga jarak secara ketat. Baik pengungsi maupun petugas/relawan.
Khusus untuk mencegah penyebaran COVID-19, lanjut dia, tenaga bantuan kesehatan harus bebas COVID-19 dengan menunjukkan surat. Jika belum diperiksa atau tidak ada surat, maka dilakukan rapid test di pos kesehatan.
Budi juga mengakui, masih terbatas ketersediaan vaksin Tetanus (TT) untuk petugas SAR dan relawan. Belum lagi kurangnya air bersih, karena pasokan air bersih sudah tertimbun lumpur.
Persoalan lainnya yang menyangkut kesehatan dan lingkungan adalah belum berjalannya kegiatan pengolahan sampah domestik. Ini mengakibatkan sampah menumpuk baik di lokasi pengungsian, juga di jalan pusat kota kabupaten yakni Masamba.
Sementara di tenda masyarakat penyintas di kebun sawit belum berdinding. Ini dikhawatirkan muncul gangguan vektor. Sedang dari segi makanan yang dikonsumsi, penanganan gizinya tidak sesuai dengan standar.
Korban Jiwa 38 Orang, 11 Hilang
Bencana banjir bandang air disertai lumpur dan pasir terjadi pada Senin, 13 Juli 2020, sekitar pukul 21.00 Wita. Dampak bencana teridentifikasi di lima kecamatan. Yakni Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Malangke dan Malangke Barat.
Data sementara dari BPBD setempat tercatat sebanyak 14.438 jiwa dari total 3.627 kepala keluarga (KK) mengungsi. Sebanyak 4.202 unit rumah warga ikut terdampak. Juga sembilan unit sekolah, 13 unit rumah ibadah: 12 masjid dan satu gereja. Lalu 38 tewas dan 11 orang hilang per Sein 20 Juli 2020.
Fasilitas kesehatan rusak masing-masing satu puskesmas, satu laboratorium kesda dan satu unit PSC serta delapan kantor pemerintahan. Akses jalan yang terdampak, total sepanjang 12,8 kilometer. Sembilan jembatan mengalami kerusakan.