Peningkatan pemanfaatan air tanah dan sarana sanitasi setempat yang tidak dikelola di permukiman padat telah berdampak negatif terhadap sistem air tanah, dengan terjadi penurunan muka air tanah dan pencemaran air tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat pemakaian air dan pengembangan pengelolaan air imbuhan di zona-zona pemanfaatan air tanah Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung, khususnya di Kota Cimahi, Jawa Barat.
Pengelolaan air imbuhan di permukiman perkotaan dapat dilakukan dengan pendekatan sanitasi, diantaranya melalui metoda resapan air tanah dari air hujan atau dari air olahan suatu instalasi pengolahan air limbah. Sehingga klasifikasi zona amanair tanah dapat berkelanjutan dan zona rawan atau kritis dapat dilakukan pencegahan dan penanganan di sumber imbuhan.
Peresapan curah hujan buatan (artificial recharge) di zona-zona pemanfaatan air tanah dapat menghasilkan peningkatan sebesar 84,97 % dari jumlah total air yang teresapkan secaraalami. Sementara itu berkembangnya sanitasi on site dengan sistem cubluk, cenderung mencemari air tanah.
Hal ini dapat dicegah dengan pengelolaan air limbah skala lingkungan, yang bertujuan menghasilkan air olahan yang dapat digunakan kembali atau untuk pengisian air tanah. Pengisian air tanah dari air olahan instalasi pengolahan air limbah skala lingkungan penting untuk mempertimbangkan ketersediaan lahan, kemudahan pengelolaan dan kesehatan masyarakat.
Beberapa cara diantaranyadapat menerapkan beberapa tahap pengolahan dengan sistem biofilm, lahan basah buatan sistem aliran di bawah permukaan kemudian pengisian air tanah melalui filtrasi granular.